The True Cost of Fashion

March 08, 2016

Bulan November lalu, ehh atau Oktober ya, giliran saya sharing session di hari Senin. Topik yang saya pilih adalah tentang fast fashion, yang diambil dari film The True Cost of Fashion. Fashion industri ini menarik banget sih untuk dipelajari dan dari segi bisnis pastinya menggiurkan banget yaa. Bayangin, beberapa dari orang terkaya di dunia itu dari fashion industri loh. It's one of the fastest growing industries secara kan siapa sih yang nggak suka beli baju? Menurut statistik, sekarang ini we buy more than ever, tingkat pembelanjaan baju kita naik 400% dari 20 tahun yang lalu. Padahal orangnya segitu segitu aja. 

Anehnya, walaupun kita belanja lebih banyak, uang yang kita belanjakan itu justru lebih sedikit loh dibanding 20 tahun yang lalu. Contohnya kalo di Amerika, waktu tahun 1960, an average American spent $4000/year to buy 25 worth of clothing.

Now? They buy 70 clothes/year for only...$1800!

Kok bisa?




Bisa karena sekarang udah banyak banget fast fashion yang menawarkan harga-harga lebih murah. Dulu mana ada sih merek-merek yang kita lihat di mall? Kalo mau baju ya harus jahit, beli di mall dengan pilihan terbatas atau beli baju-baju designer. 

Berarti kalo sekarang banyak baju dengan harga murah, untung di kita dong sebagai konsumen?
Iya sih kalo dilihat dari nilai transaksinya. Tapi pernah kepikir nggak sih sebenarnya baju-baju yang kita biasa beli itu gimana sih proses pembuatannya? Di mana pabriknya? Bahan-bahannya dari mana?  Impactnya gimana ke lingkungan?

Because turns out, fashion is the second most polluting industry after oil! 

Memang segitu bikin polusinya?
  • Iyaa, pertama dari cara mereka men-extract dan menggunakan bahan-bahan alam. Kapas-kapas itu biar tetap bagus kwulitasnya dan nggak dihinggapi ulat biasanya disemprotin pestisida. Padahal, pestisida itu kan bikin polusi udara dan juga menyerap ke tanah dan jalur air. 
  • Trus, ketika di pabrik kan ada proses mewarnai, memutihkan, proses finishing seperti jeans yang dibikin belel atau robek-robek. Untuk proses mewarnai aja dibutuhkan half trillion gallons of fresh water every year Nggak kebayang sih air segitu tuh segimana banyak tapi kita tau kan kalo air bersih semakin berkurang. Trus air bersih itu pastinya akan berganti jadi air yang udah warna-warni penuh dengan lead, merkuri dan racun lainnya yang dialirkan ke sungai dan akhirnya mematikan ikan-ikan yang ada di sana. Padahal itu baru polusi yang di air, gimana yang di udara karena katanya untuk memproduksi 1 kaos itu, karbon dioksida yang dihasilkan kurang lebih sama dengan kita nyetir 100km. 
  • Belum lagi proses distribusinya ke seluruh dunia. 
  • Dan, fast fashion itu biasanya kualitasnya so-so jadii banyak yang nggak awet dan akhirnya menuh-menuhin landfill aja. 51% sampah di seluruh dunia itu masih menetap di landfill lho jadi space untuk menimbun sampah-sampah itu udah semakin berkurang. 
Jadi itu lah yang disebut the true cost of fashion. Bukan harga yang ada di price tagnya, tapi imbasnya ke lingkungan, ke sungai yang terkontaminasi, ke air bersih yang sudah terbuang banyak, ke udara yang semakin kotor, ke global warming yang semakin mengkhawatirkan. Is it worth it?

Untuk saya yang menjadi gongnya adalah, fast fashion ignores basic human rights to 40 million workers! Jadi banyak banget pekerja pabrik yang situasi dan kondisi kerjanya nggak manusiawi banget. Coba Googling peristiwa Rana Plaza, gedung 8 lantai berisikan pabrik/konveksi yang roboh dan menyebabkan lebih dari 1000 pekerjanya kehilangan nyawa dan 2500 luka-luka. Konon katanya sampai sekarang mereka belum semua kompensasinya di terima. Selain itu ada juga kebakaran di Tazreen fashion factory dan juga Kentex slipper factory. Hal-hal seperti itu terjadi karena memang kondisi gedungnya yang nggak memadai, kerja pun berdesak-desakan dengan ventilasi yang minim. Sehari-harinya mereka inhaling chemicals yang merusak paru-paru. Duh pokoknya menyedihkan banget deh. Sampai-sampai beberapa daerah di India yang memang tempatnya pabrik besar terdapat banyak sekali anak-anak yang terlahir cacat karena ibunya waktu hamil terlalu berkutat dengan racun :(

That's another true cost of fashion; the people behind the clothes that we wear. Sedih banget. Lengkapnya ada di film yang wajib ditonton ini, silakan intip trailernya di sini.


Untuk menutup postingan ini, ada quote dari Anna Lappe, seorang author, educator dan sustainable food advocate:

''Every time you spend money, you're casting a vote for the kind of world you want".

Damn, dalem banget ya. Bener-bener bikin saya mikir and truly change the way I spend my money and make me committed to make this year all about sustainable living.  But that's for another post :).

Read here to know where I shop most of the time.

You Might Also Like

4 comments

  1. EH iya lho, Han. Gw kayaknya udah ampir setaun deh ngurangin belanja baju banget gara-gara nonton film ini. Ya mungkin karena gw nggak ngantor lagi kali ya, jadi nggak butuh baju baru banyak-banyak juga. Dan karena tukang jait langganan gw tiba" muncul lagi, kalo perlu baju baru jadinya gw bikin aja. Hahahaha

    Tapi nonton film ini emang bikin malu ati banget siiih. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banget ya Van...sampe jadi nggak berani untuk cari-cari info lebih tuntas lagi karena udah ngerasa bersalah banget.

      Delete
  2. Halo Kak Hani, ini Winny

    Your post is so inspiring and very thoughtful!

    ReplyDelete