HANZKY: March 2016

5 Things I Like About Dell XPS 13

Books Movies & Gadget March 30, 2016

Earlier this year, I was asked to give testimonials on my experience using XPS 13 during Dell biggest launch here in Jakarta. Even though I’ve only used XPS for a little more than a week at that time, I said YES. A week was enough to make me fall in love with this particular laptop. Besides, I've learned a lot about it during the Consumer Electronic Show as it received many awards! Now I’m waiting for my new one to shi. On the meantime, let me reminisce the laptop by highlighting the things that make me love it.

Well, I’ve said it before and I’ll say it again. Design is still the first element that I paid attention to. You can’t sell me the features if I can’t even stand looking at it, especially for something I would look and touch the whole day. Good design (and great technical aspect) will empower you and make you want to work more and be more productive. Luckily the XPS 13 has that style meets function element.

Size! Women do carry everything in their bag, including laptop. And the XPS 13 is very slim that makes it the smallest 13-inch laptop in the market. It easy to carry around and fits perfectly into my bag. I don’t need to bring a separate laptop bag.

Sturdy! As much as I am a CEO I am also a mom who have to share gadgets with the kids. I love the fact that it has a solid carbon-fiber body that makes it very durable. A little scratch sometimes can annoy me, but with this rubber-like body, I can have some peace of mind.

Stunning display experience. Ahhmagad, I’ve never seen screen so crisp, so clear and so cinematic before. The XPS 13 has the awesome borderless InifnityEdge display that maximizes screen space. So It’s casically A 13-inch display in an 11-inch frame!! You can’t get any better experience than this. Kids love watching movies from there and I can also easily wow the client with my decks cause it looks ultrasharp.

There’s more things to love that I can’t just break it down into 5, for example the latest performance features from Intel also makes the experience even more enjoyable (longer battery life, power display, etc) and many more. In short, I feel like this is the laptop that is created with attention to detail and that makes it worth to buy.

Now I’m waiting for the shipment to arrive and let's pray they mistakenly put the gold one in there :D

Quick Visit to Lampung

Going Places March 29, 2016

I went to Lampung last weekend and this is the only picture I have in my camera. Not even one picture in my iPhone.

Blame it on Snapchat :D

Jadi ceritanya bapak mertuanya kakaknya Oki ulang tahun yang ke 75 pas weekend kemaren, jadi semua keluarganya pada ngumpul deh untuk ngerayain. Karena belum pernah ke pulau Sumatera, belum pernah naik ferry dan karena pas lagi long weekend, ikutlah gue sekeluarga. Niatnya sih mau di sana 2 malam tapi ternyata ade gue sakit, trombosit turun terus dan lagi nggak ada nyokap di rumah, jadi diputuskan untuk balik aja setelah 1 malam. Berikut catatan perjalanannya:

On riding the ferry.

Seru juga sih untuk pengalaman :D. Berangkatnya dari Merak. Jadi begitu sampai di pelabuhan, pas beli tiket untuk mobilnya udah dikasih tau harus ke dermaga mana, sesuai dengan kapal yang mau berangkat. Kapalnya ada yang masih bagus ada yang udah lumayan tua tapi karena nggak tau jadwalnya ya masuk aja ke yang mau berangkat. Pas mobil kita masuk ternyata itu udah spot parkir terakhir. Jadi mobil kakaknya Oki yang pas di belakang harus masuk ke kapal berikutnya. Jadi kalau pergi rame-rame, make sure masih banyak spot parkir sebelum naik kapal, daripada terpisah, kan? Di kapal kita bisa jalan-jalan ke decknya. Tapi jangan kaya Jehan yang nanya ‘Is there a casino, here?’ ya :D. Sebelum berangkat, ada entertainment dari anak-anak kecil yang akan lompat ke laut kalo kita lempar uang kertas. Perjalanannya kurang lebih 2 jam lah. Ada jajanan kaya pop mie juga di situ. Di setiap ferry ada kelas-kelasnya. Setiap kelas beda-beda, kayanya yang gue naikin pas balik dicharge 12000 per orang, tapi pas berangkat enggak. Mungkin karena pas yang balik tempat duduknya kaya sofa dan lebih dingin ACnya ya? Ngak ngerti juga sih. Ada yang lesehan juga, udah disediain tiker. Nanti dicharge pertikernya. Pas berangkat ferrynya lumayan bagus. Tapi pas baliknya…banyak kecoanya! Asli. I think I’ve seen about 30 small cockroaches there. Ewww! If you followed my Snapchat, you had the privilege to see that terrifying scene *penting banget*.

On the culinary

Nggak banyak coba-coba makanan sih karena cuma sebentar aja di sana. Jadi masih nggak tau juga sebenernya makanan Lampung itu seperti apa. Kalo lihat dij alanan kok ya banyak makanan dari khas daerah lain kaya dari Yogya, Cirebon, Bandung dan lain-lain. Di sana cuma sempet nyobain Nasi Uduk Toha yang cabangnya lumayan banyak dan satu-satunya yang masih buka jam 9 malam. Mau beli Pempek 123 tapi jam 4 sore udah abis. Sempet makan di restoran padang Begadang yang cabangnya juga ada di mana-mana. Tapi kayanya masih enakan Sederhana, deh. Yang paling enak itu makan Bakso Soni Haji Sony! Asli, it’s a must eat if you go to Lampung. It’s the best bakso I’ve ever tasted. Dari baksonya, rasanya, teksturnya, kuahnya…semuanya enak banget banget banget. I would go to Lampung again just to eat this meat ball. Bakso Soni Haji Sony ini juga ada banyak cabangnya. Sehabis makan bakso jangan lupa makan es kacang merah atau es campurnya ya. Kalo mau beli oleh-oleh bisa beli di Toko Yen Yen di daerah Teluk Betung.

On the sightseeing
Yahh nggak liat apa apa..-__-. Harusnya ada pantai-pantai bagus sekitar 30 menit - 1 jam dari kota kaya Pantai Mutun, Pantai Sari Ringgung. Kalo mau yang bagus tapi lebih jauh lagi ada Pantai Kiluan, bisa liat lumba-lumba. Jadi kemaren yang dilihat hanya pantai dari atas hotel sama bukit-bukit sepanjang jalan dari dan menuju pelabuhan Bakauheni.

On the hotel.

Kami menginap di Novotel. Bagus lah hotelnya termasuk baru. Ada infinity pool yang menghadap ke laut juga, walaupun ada genteng-genteng di antaranya. Breakfastnya juga enak kok, pertama kalinya makan bubur ayam pake teri balado, enak banget. Sama ada tahu goreng dengan cabe garam dan kecap yang sederhana tapi bikin bolak-balik nambah.

Sekian reportasenya :)

When Your Idols Become Your Rivals

Inspiration March 21, 2016

Eco-Friendly Fashion

Entrepreneurship March 16, 2016

''Every time you spend money, you're casting a vote for the kind of world you want".

Shopping at Wasteland, LA with Sari earlier this year. I was wearing Picnic trench coat and Nikicio blouse

Ini lanjutan dari postingan tentang The True Cost of Fashion. Jadi setelah nonton filmnya dan mikirin terus quote di atas, yang juga ada di postingan sebelumnya, saya jadi tertohok banget sih. Dan nggak berhenti mikir apakah saya selama ini, secara tidak langsung, supporting hal-hal yang sebenarnya saya juga nggak setuju dan nggak mau support? Do I want to support company who doesn't care about the planet that we are living in? Do I want to support company whose workers are very lowly paid and work in horrible condition despite the high-rise profits the company is making? Do I want to wear something that I know have left an awful footprints in each stage of the production? This makes me cringe. I feel really terrible and so irresponsible.

Sebenernya, saya nggak sesering itu sih belanja high street brands karena menurut saya harganya juga nggak murah-murah banget, especially for the quality that they are offering. I have quite a mix wardrobe. Tapi memang ya, shopping high-street brands itu convenient banget. All you need to do is just go to the nearest mall and one store will have everything you need from office wear to cocktail dress to casual outfits. If I need something quick, the high-street brands will come to the rescue :(.

So where do I shop?

My own store! 2009 - 2010

I buy local brand a lot dari mulai Cotton Ink, Nikicio, Picnic, (X)SML, Dian Pelangi, Ria Miranda dan merek-merek yang ada di Goods Dept. These local brands are getting better and more mature, design-wise. Udah keliatan signature stylenya and you know you are not getting the same thing somewhere else. Jumlah produksi juga nggak banyak-banyak banget jadi risiko untuk samaan dengan orang lain lebih sedikit lah. Lagipula bagus kan untuk support local brands dan entrepreneurship.

Second-hand! Dari dulu waktu tinggal di Perth tahun 98 saya senang belanja di thrift store di Hay Street. Dan ini dilanjutkan waktu tinggal di Amerika. Hobi banget lah liat-liat thrift store dan garage sale. Makanya waktu pulang ke Indonesia juga sempet buka second hand shop dengan konsep buy, sell, swap di Bangka. Tapi hanya bertahan satu tahun karena nggak bisa bagi waktu antara Closet Quickies dan Female Daily. Waktu awal-awal pulang pun saya beberapa kali ke Pasar Senen atau Pasar Baru untuk liat baju-baju second dan vintage. Seru loh belanja baju yang harganya 10ribuan aja..haha, bisa beli sekoper! Belanja di Female Daily Market Plaza juga sering banget pastinyaaa, beberapa kali kami bikin bazaar dan garage sale juga. Pas ke LA kemaren nyempetin mampir ke Wasteland di Melrose Avenue sama Sari. Lumayan dapat jaketnya Stella McCartney dan atasan kulit J Brand. Di Jakarta sering banget kok sekarang garage sale, jadi kalo mau selalu ada pilihan. Nggak perlu gengsi lah, you are doing something good for the environment and for your wallet :D

I buy designer clothes at specialty stores with a very discounted price, harganya jadi lebih murah kok dibanding baju-baju new arrival high-street labels. Kalo lagi jalan-jalan ke luar negri banyak banget sih outlet-outlet atau toko-toko kaya Marshall, Neiman Marcus Last Call, Nordstrom Rack, Off 5th Avenue, TJ Maxx, eBay dan lain sebagainya. Kalau rajin mau ngaduk-ngaduk pasti dapat banyak good deals deh. Designer clothes, especially when it's at a discount, worth to buy lah karena memang craftmanshipnya bagus. Dan mereka kan nggak setiap 2 minggu ada model baru, paling 2-3 kali setahun so they are not compromising process and quality in the production dan footprints nya juga nggak banyak.

So that's how I shop most of the time. I fail sometimes especially when...

I need to attend event with a dress code that I don't have, apalagi kalo waktunya mepet. Contohnya baru-baru ini saya jadi narasumber di acara launchingnya Lotte Choco Pie dan harus pakai baju maroon dan beige dan saya cuma punya 24 jam untuk dapetin bajunya. Jadi, nggak ada pilihan lah.
Kids clothes. Ya sudah lah ya kalo baju anak kecil semakin susah lagi pilihannya.
Pants. Selama ini masih belum nemu celana yang enak dari brand lokal. Ada sih celana panjang dari The Executives dan kulot dari Cotton Ink. Tapi memang pilihannya terbatas banget. Well, at least kita kan jarang ya beli celana, nggak sesering beli atasan.
Sportswear. Ini memang belum nemu merek lokal sih, lagipula I love my Nike and Lululemon way too much :D.

Kalau akhirnya saya harus beli dari high-street labels, biasanya saya check dulu produksinya di mana. karena sepertinya beda produksi pembuatan, beda juga sikon pabriknya. Kalo Indonesia masih manusiawi banget kayanya ya? Paling enggak waktu liat liputan Sritex sih bagus banget tempatnya dan nyaman sikon kerjanya. Tapi kalau Bangladesh, Vietnam, India mendingan nggak usah aja daripada dihantui rasa bersalah.

I'm quite proud with my achievement so far as I haven't been shopping to the high-street labels for the past 5 months, except for the two times that I didn't have any choice. Lebih tenang rasanya hidupnya..haha dan nggak buang-buang waktu juga karena kalo misalnya ke mall udah nggak ngerasa perlu ngecheck 'lagi ada apa ya yang lucu' soalnya tau nggak akan beli anyway. Mudah-mudahan bisa bertahan terus dan mudah-mudahan nggak ada outerwear yang keren-keren cause God knows it's my ultimate weakness -__-.