Proud Mommy Moment

October 27, 2012

Hari Rabu kemaren, ada 3-way conference di sekolahnya Jibran. Apakah itu? Basically sih pertemuan antara guru-orangtua-murid yang diadakan setiap awal term untuk mengevaluasi pencapaian anak pada term sebelumnya. Menariknya, and this is one of the things that I love about Cikal, si anak juga harus mengevaluasi dirinya sendiri. Jadi harus ceritain menurut dia moment terbaiknya selama term sebelumnya apa aja, yang paling menyenangkan untuk dia pelajaran yang mana, challengenya apa aja, ada nggak yang perlu diimprove dan apa yang akan dilakukan untuk menyikapi kekurangan itu?

Iya, di Cikal memang murid-muridnya diajarkan untuk reflective dalam kesehariannya, anak jadi lebih jujur sama dirinya sendiri dalam proses belajar dan tahu bagaimana mengukur kemampuannya.
Di akhir 3-way conference, ada kertas yang isinya semua yang pembahasan selama conference beserta langkah-langkah yang akan diambil oleh si anak - orang tua - guru pada term berikutnya, trus kita semua harus tanda tangan. So far, I'm really happy with Sekolah Cikal..adem deh hati ini selama Jibran sekolah di sana..and I can say this because I have compared and have done my homework as he has gone to 3 other schools here in Jakarta before, so I know what I'm talking about.

Nah, here comes the proud mommy moment :D. Jangan bayangin kalo momen membanggakannya adalah melihat deretan nilai-nilai bagus karena di Cikal nggak ada yang namanya rapot berisikan angka-angka. They believe that kids are more than just a number dan banyak hal-hal yang tidak bisa dinilai dengan angka. (Jadi inget waktu di sekolah Jibran yang dulu saya pernah protes ke guru dan kepala sekolahnya tentang pelajaran menggambar yang dikasih nilai! Helloo..the kids has their own perspective of the world and their surrounding, don't kill the joy of drawing by giving it a low mark. Anyway, that's a whole other story).



Jadi gurunya bilang kalo Jibran is actually...a good leader! Whaatt? I didn't see that coming! Bukan, bukan under estimate anak sendiri..tapi mungkin memang kurang melihat bagaimana dia berinteraksi dengan teman-teman di sekolahnya, dan dari apa yang dilihat di rumah, kayanya nggak menunjukan ke arah situ. Atau mungkin sayanya yang observasinya kurang ok ya?. Katanya, kalo ada teamwork, Jib will make sure he does and completes his part. And when others are not doing the work, he doesn't mind to take over the project as long as his team can submit what's asked to be done. Intinya, he has a strong sense of urgency, willing to go the extra mile and willing to do the dirty work.

He is also a good mediator between friends kalo ada yang ribut-ribut kecil, katanya. Truus..Jibran juga persistence, tekun banget kalo mengerjakan sesuatu dan akan dikerjakan sampai selesai. Katanya..'Memang sih Jibran kalo kita lagi nerangin mukanya tuh lempeng aja, nggak keliatan sebenernya ngerti apa enggak, tapi setelah itu lancar-lancar aja ngerjainnya'. Pas di awal memang Jibran nggak terlalu menonjol personalitynya, karena anaknya yang irit ngomong kalo sama orang asing, tapi ternyata begitu udah sama temen-temennya somehow he can lead his friends.

Ketika itu saya baru sadar..bahwa "mungkin gurunya ada benarnya juga yaa". Jibran seriiing sekali nanya dan komplen tentang negara ini. "Why is the traffic soo bad? Why there's no pedestrian walk? How come they let people throw trash everywhere? Can't the government ask them to pay a fine or put them in jail? Mommy loook they don't wear helmet. Why don't we have an MRT?"..and I have to cope with those questions everytime we're on the road. Every.single.time!.  Keliatan kalo dia frustasi banget sampe sering bilang "Mommyyy can I be the president?!?!". He actually believes the problem that we have on the road can be easily solved and that he can take care of it. Sempet tertegun sih pertama-tama pas dia ngomong tentang itu semua karena wow..my son not only see problems but also offers solutions and even willing to help clean up the mess.

And actually what the teacher said about him above really reminds me of....me :D *ya ampun nggak mau kalah sama anaknya..haha*. Kaget kok bisa sama gitu ya. I am not one who stands out from the crowd either, personality traitsnya sama sekali nggak kelihatan dan nggak sedikit orang yang salah kaprah. Baru-baru ini aja si cici bilang kalo sebelum gabung sama FD, dia mikirnya gue itu santai, tipe yang go with the flow, yang kurang punya ambisi dan opini..hihihi..pokoknya bukan seorang pemimpin lah. Tapi ternyata I'm actually a woman with a plan and a very determined one at that. But yea..just like my son, my character and personality won't shine until you get to work or travel or spend some intense hours with me.

Truus kata gurunya lagi, tulisan Jibran juga improved banget dan udah lebih ekspresif. Tulisan terakhirnya dia tentang jalan-jalan ke Sydney dijadiin contoh di kelas karena isinya jujur dan detil. Sampe cerita tentang dia berenang cuma pake cd aja di Bondi beach ditulis dan itu bikin temen-temennya ketawa dan bisa merasakan gimana kedinginannya dia di sana. Sebagai ibu yang berkarya lewat tulisan (terutama awalnya), pengen banget dong anaknya bisa menulis :).

Setelah hampir selesai 3-way conferencenya, datang lah guru PE/Futsal coachnya Jibran yang minta waktu untuk ketemu. Jibran kan waktu kelas 2 selama setahun ikut futsal, tapi pas kelas 3 berhenti dan malah ikut movie making. Nah dua coachnya ini nanya kenapa Jibran nggak mau futsal lagi (which is still a mystery, he basically just said he was bored). Trus coachnya bilang kalo Jib is actually really goood at futsal. He is a well rounded player, sayang kalo nggak diterusin katanya. 'Saya sih nggak janjiin macem-macem, tapi kalo memang diarahin, bukan nggak mungkin lho bu Jibran main di level yang lebih tinggi'. Whoaa...merinding ngebayanginnya!.

Memang sih dia enjoy dan semangat banget futsalnya waktu itu, selalu di tim inti dan walaupun bukan top scorer, lumayan sering lah mencetak gol. Tapi ternyata banyak hal-hal kecil yang dia lakukan yang luput dari pandangan saya, seperti Jibran itu kalo main nggak egois and loves to help his friends. He makes everyone around him better and he can be matched with just about anyone. Ada satu anak yang katanya kangen dipasangin sama Jibran. Kata coachnya lagi, 'Jibby nih bangga banget kalo temen 1 timnya bukan yang jago-jago tapi trus timnya bisa menang. Kalo isinya yang jago-jago dan menang dia kayanya biasa aja'. Jib juga disiplin katanya. Terharu deh waktu coachnya nerangin ini semua trus apalagi waktu bilang 'Saya tau dia masih pengen banget sebenernya main futsal, kalo istirahat masih suka main dan ngelirik-ngelirik anak-anak yang lagi pada main'. Wow, he actually notices that. Jadi coachnya mengajak Jibran untuk balik lagi ke futsal club or at least to give it a try one more time cause he believes Jib has the potential and can really excel in the field.

Di jalan pulang, kita bahas deh soal futsal and I could see the sparks in his eyes. Tapi kayanya gengsi aja untuk langsung mengiyakan. Akhirnya dia bilang 'OK but only for this term!' sambil sok-sok bersungut..hehe.

Akhirnya pas hari Kamis, dia udah ikut latihan lagi dan keliatan kalo dia seneeeeng banget. Pas ditanya seneng apaa enggak dia sih jawabnya..'hmm a little bit' sambil mencoba menahan rasa gembiranya. Tapi kemaren pas beli sepatu futsal dia udah nggak bisa menutup kegembiraannya lagi sih, udah meluap-luap banget kayanya. Dari pagi udah nanyain kapan mau beli sepatunya, yang akhirnya baru dibeli jam 9 malem. Pas di mobil dia bilang..'Mommyyy I'm so HAPPY'. Happy dengan sepatu futsal barunya dan happy karena balik lagi ke futsal club, katanya. Alhamdulillah :). Oki and I couldn't be happier either.

Intinya, gue terharu banget dong bahwa coachnya dan gurunya merhatiin dia as an individual. Terharu dan bersyukur. They acknowledge his strength, where his potential lies and want him to know that and encourage him to pursue it as long as it's what he wanted too. Tapi kan memang anak nggak bisa disuruh milih sendiri begitu aja kan, as parents we have the responsibility to give guidance and to examine their potential and see which one suits them best.

Tentunya bangga juga sama Jibran for all of those characters that he has developed. Pelajaran banget buat saya bahwa sebagai orang tua kita jangan hanya fokus di hal-hal besar seperti nilai yang bagus, misalnya. Tapi jangan lupa sama hal-hal kecil yang kadang sebenernya lebih penting, seperti bagaimana proses character-buildingnya yang nggak terlihat dengan instant tapi akan berpengaruh besar di ke depannya.




Welcome back to futsal, Jib!. Enjoy the experience.. and may it open doors to many exciting opportunities for you. We love you:-*

You Might Also Like

2 comments

  1. halo mba.. salam kenal ya.. sekolah Cikal itu kan tidak berbasis agama tertentu ya? tapi katanya tetap ada pelajaran agama? apakah semua agama ada? thank you.

    ReplyDelete
  2. Telat banget ini jawabnya. Iya mbak Cikal itu umum, jadi yang Islam ya belajar agama Islam, begitu juga yang Kristen, Hindu dan Budha :).

    ReplyDelete